Sepak bola Indonesia krisis striker. Tak usah bicara soal kualitas, dari sisi jumlah saja sudah inferior. Pemandangan itu terpampang nyata pada Liga 1 musim ini.
Dari 18 klub, hanya tiga klub yang benar-benar bertumpu kepada striker lokal yakni Arema FC, Barito Putera, dan Sriwijaya FC. Sementara, 15 klub sisanya menghamba kepada kualitas dari striker asing.
Fakta itu berbanding lurus dengan daftar pencetak gol Liga 1. Tiga nama teratas didominasi oleh striker asing semacam Fernando Rodriguez (Mitra Kukar) dengan torehan 14 gol, Ezechiel N'Douassel (Persib/13 gol), dan David Silva (Persebaya/11 gol).
Nama penyerang lokal teratas diisi oleh Samsul Arif dari Barito dengan koleksi 10 gol, sementara Stefano Lilipaly--yang berposisi gelandang--menyamai torehan Arif. Ada juga nama striker Arema, Dedik Setiawan dengan koleksi 7 gol.
Sulitnya striker-striker lokal berpendar di Liga 1 pun berimbas langsung kepada Timnas Indonesia. Pelatih Timnas U-23, Luis Milla, merasakan betul bagaimana pusingnya mencari striker ideal guna turun di ajang Asian Games 2018.
Milla bolak- balik memanggil Lerby Eliandry (Borneo FC) dan Ilija Spasojevic (Bali United) untuk mengisi satu slot di lini depan. Akan tetapi, keduanya tak mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan. Hingga akhirnya juru latih asal Spanyol itu menjatuhkan pilihannya kepada Alberto 'Beto' Goncalves (Sriwijaya FC) yang baru dinaturalisasi pada Februari lalu.
Melihat hal itu, COO PT Liga Indonesia Baru (LIB) pun melontarkan wacana untuk melarang pengunaan striker asing mulai musim depan. Mereka mencoba melempar wacana itu kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan klub-klub Liga 1.
"Hal ini sebenarnya sudah jadi sorotan kami musim lalu. Saat ini, top skor juga dipimpin Fernando Rodriguez, seorang pemain asing, sementara untuk top skor pemain lokal ada (Stefano) Lilipaly, dan dia juga pemain naturalisasi. Dua hal itu membuat kami di LIB berpikir, bagaimana pemain lokal bisa tampil?" ujar Tigor.
"Ini persoalan yang pada kenyataannya kita temui dari tahun ke tahun. Karena itu, kami coba sampaikan opsi ke PSSI musim depan pemain asing tidak boleh di lini depan. Ini agar pemain depan lokal kita bisa dapat bermain, seperti regulasi musim lalu, pemain muda di bawah U-23 dapat menit bermain, bisa saja kan? Karena ini juga untuk Timnas Indonesia," lanjutnya.
Tigor menyatakan opsi itu akan coba disampaikan pihaknya kepada klub-klub Liga 1. Mereka akan bertanya apakah klub setuju atau tidak.
"Kami akan tunggu jawabannya karena 'kan ini opsi. Termasuk juga dengan menyampaikannya ke PSSI untuk kembali ke kasus bahwa tidak ada pemain lokal berkualitas, karena muaranya (kompetisi) 'kan timnas," ucapnya.
Comments
Post a Comment